KMS : Alat Monitor Perkembangan Bayi
Para ibu yang punya bayi dan anak balita tentu sudah tak asing lagi dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). Kartu ini merupakan alat bantu sederhana pemantauan tumbuh seorang anak (berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, serta jadwal imunisasi dan pemberian makan yang tepat). KMS bisa diperoleh di puskesmas-puskesmas atau posyandu terdekat. Bentuknya sederhana, berupa selembar kertas yang dilipat menjadi tiga atau empat bagian. Di dalamnya terdapat informasi mengenai jenjang tumbuh kembang anak.
Para ibu yang melahirkan bayinya di rumah sakit-rumah sakit secara otomatis juga mendapatkan semacam KMS untuk anaknya. Hanya saja bentuknya tidak berupa kartu tapi buku catatan yang agak tebal. Karena bentuknya buku, tentunya informasi mengenai tingkatan kesehatan dan perkembangan anak yang dimuat di sini lebih lengkap. Ibu pun bisa leluasa membuat catatan-catatan mengenai kondisi kesehatan anaknya.
KETERLIBATAN ORANG TUA
Pada intinya, KMS yang ada dalam bentuk kartu dan juga buku catatan bayi kesamaan tujuan, yaitu melibatkan orang tua dalam kegiatan memonitor pertumbuhan dan perkembangan anaknya. "Orang tua yang peduli pada tumbuh kembang anak tentu akan berusaha mempunyai catatan mengenai kondisi tumbuh kembangnya. Apalagi di masa usia 3 tahun pertama yang sangat menentukan karena berkaitan dengan perkembangan otaknya."
Berdasarkan patokan-patokan yang ditulis di KMS, orang tua bisa memonitor perkembangan apa saja yang telah dicapai anak. Bila ditemukan perkembangannya tidak sesuai dengan patokan, maka anak bisa langsung dikonsultasikan pada dokter atau petugas kesehatan.
Akan lebih baik lagi, jika orang tua pun membuat cacatan sendiri mengenai kondisi kesehatan anaknya. Bila pada KMS terdapat keterbatasan, mungkin orang tua bisa menyediakan buku tersendiri, seperti halnya buku catatan bayi-balita. Setiap kali anak ke dokter untuk diimunisasi, berobat, atau sekadar berkonsultasi buku harus selalu dibawa.
Mintalah dokter untuk mencatatkan status kesehatan anak kita di buku itu. Hal ini akan berguna jika anak kita berobat ke rumah sakit atau ke dokter lain. Atau kalau terkena penyakit tertentu, maka dokter dapat melihat riwayat penyakit anak sebelumnya.
MATERI UMUM DALAM KMS
Model KMS itu sendiri beragam. Ada yang resmi dikeluarkan oleh Depkes, ada juga yang dibuat oleh swasta seperti rumah sakit, klinik dokter, atau dari perusahaan produk bayi dan anak yang biasanya digunakan sebagai media berpromosi pula. Namun, pada dasarnya materi dalam semua model KMS sama saja, bedanya ada yang tidak mencakup semua materi secara lengkap. Inilah informasi yang paling tidak harus termuat di dalam KMS:
* Identitas
Mencakup nama anak, jenis kelamin, status anak dalam keluarga, tempat/tanggal lahir, nama orang tua, pekerjaan orang tua, alamat, telepon, riwayat persalinan, BB dan PB lahir, lingkar kepala, golongan darah dan lainnya.
* Grafik Berat Badan
Grafik pertumbuhan BB ini biasanya dibuat untuk jangka usia 5 tahun. Orang tua bisa menandakan BB anak pada grafik setiap bulannya, sehingga terlihat apakah grafiknya naik, mendatar atau menurun. Grafik yang menaik menandakan kondisi anak sehat dan jika turun maka sebaliknya. Bila tidak ada kenaikan atau malah terjadi penurunan maka perlu ditanyakan kepada petugas kesehatan untuk kemudian dicari penyebabnya. Apakah karena anak tidak mau makan atau ada penyakit?
Selama ini, grafik KMS masih memakai standar lama yang sebaiknya direvisi setiap 10 tahun.
* Grafik Panjang/Tinggi Badan
Bisa dilihat bagaimana perkembangannya mulai dari 0 bulan sampai 12 bulan. Kemudian dari usia 1 sampai 3 atau 5 tahun. Ukuran TB itu pun ada batasan tingkatannya yang biasanya diberi warna.
* Lingkar Kepala
Ada dua grafik lingkar kepala, untuk anak laki-laki dan perempuan. Cara pengukurannya dengan menandai titik pada pertemuan antara garis usia anak (mendatar) dan garis ukuran lingkar kepala (vertikal). Biasanya dalam grafik tersebut terdapat batas tingkatan yang diberi warna. Bila ukurannya masih dalam daerah yang berwarna maka dianggap normal. Kalau keluar dari daerah berwarna maka tidak normal dan anak perlu dirujuk.
* Jadwal Imunisasi
Imunisasi diberikan sejak bayi hingga usia 12 tahun. Waktu pemberiannya harus dicatat, begitu pula dengan jadwal berikutnya agar mudah diingat orang tuanya. Saat ini, pemerintah baru dapat menyediakan vaksi BCG, DPT, campak, polio, dan hepatitis B, sedangkan vaksin lainnya seperti HiB, MMR, tifoid, varisela, hepatitis A dapat diperoleh di klinik swasta.
* Jadwal pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
Pemberian ini diberikan pada anak usia 1 sampai 5 tahun. Satu kapsul diberikan setiap 6 bulan, pada bulan Februari dan Agustus.
* Pedoman pemberian makanan yang sehat
Semacam tabel yang mencakup usia anak dan jenis makanan yang sesuai dengan usianya. Seperti kapan bayi diberi ASI, makanan lumat, makanan lembek dan makanan orang dewasa. Terkadang ada pula gambar kelompok bahan makanan sesuai gizi seimbang.
* Menangani masalah kesehatan yang sederhana.
Umumnya yang paling sering dimuat dalam KMS adalah cara mengatasi diare; bagaimana tindakan pertama mengatasinya dan kapan membawa anak ke dokter.
* Tonggak-tonggak perkembangan
Idealnya KMS menjelaskan patokan/standar tumbuh kembang anak yang dapat dimonitor serta dapat segera ditindaklanjuti oleh orang tua jika diantaranya terdapat penyimpangan. Bagaimanapun keterlambatan tidak boleh dianggap suatu hal biasa, tapi mesti segera dikonsultasikan. Kalau orang tua tidak memonitornya maka berarti dia telah menyia-nyiakan 3 tahun pertama perkembangan anaknya.
Satu tahun pertama merupakan periode pertumbuhan cepat baik fisik, sosial, maupun intelektual. Ia belajar mengenal namanya, merangkak, dan mencoba meniru suara orang tuanya. Pada tahun kedua, perbendaharaan katanya tumbuh dengan cepat, bahkan dapat mengucapkan beberapa kalimat, dan mengerti perintah/larangan orang tuanya (walaupun tetap dilanggarnya). Ia juga kemudian dapat berlari, menaiki tangga, dan mulai menggunakan cangkir untuk minum. Sedangkan pada tahun ketiga, perkembangan sosial mulai menonjol, seperti bermain bersama orang tua dan mulai dapat mengingat cerita/dongeng. Pada akhir periode ini ia mulai banyak bertanya.
Dedeh Kurniasih. Foto: Iman/nakita